Minggu, 17 Februari 2008

Hati dan Rembulan

Malam itu seorang insan menatap langit sangan indah. Ruang-ruang gelap dibumi menjadi terang disinari cahaya rembulan yang begitu indah, bintang-bintang berkelip ikut menghiasi sinar rembulan dan suara jangkrik terdengar bernyanyi menyanyikan syair-syair cinta. Setiap insan yang melihat dan merasakan sangat ingin memiliki keindahan ini agar dapat menghiasi ruang hatinya.


Sayang keadaan ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan dihati sang insan. Tidak ada lagi sinar rembulan yang menyinari ruang gelap hati ini dan suara jangkrik yang menyanyikan syair-syair cinta semuanya menghilang, yang tersisa hanya sebagian bintang yang setia berkelip menghiasi ruang hati. Kenapa dan kemanakah sang rembulan menghilang? Hati ini terus dan terus mencari dan ternyata ada awan gelap yang menyelimuti sang rembulan. Hati dan sang rembulan berusaha agar awan gelap ini pergi tapi apa daya awan gelap itu tidak menghilang.

Dengan bergulirnya waktu sang hati masih tetap menunggu apakah sang awan akan menghilang, entah sampai kapan sang hati menunggu karena semua usaha sudah dilakukan. Dikarenakan keadaan ternyata sang rembulan sudah menyinari ruang hati yang lain. Mengetahui keadaan ini, perasaan sang hati bercampur aduk ada perasaan sedih dan senang. Sedih karena sang hati tak akan dapat lagi mendapatkan sinar sang rembulan, senang karena keberadaan sang rembulan telah diakui lagi sehingga sinar yang indah dapat bersinar kembali dan menerangi ruang hati yang lain. Sangat beruntunglah hati yang mendapatkan sinar sang rembulan. Sedih dan senang selalu berdampingan diciptakan oleh Sang Maha Pencipta ALLAH SWT. Dibalik kesedihan ada kesenangan begitu juga sebaliknya.


Sang hati berusaha untuk mencari rembulan lain sebagai penggantinya. Sekian lama sang hati mencari tapi belum juga dia miliki. Dalam pencariannya, sang hati tersadar bahwa selama ini dia sudah salah mengartikan sang rembulan karena rembulan hanya memantulkan sinar mentari, selama ini ini dia telah lalai seharusnya dia mencari Sang Maha Cahaya dan mencintai-Nya. Akhirnya mulai detik itu sang hati lebih mengutamakan Sang Maha Cahaya, dengan sinar-Nya ruang hati akan selalu terang tapi tidak lupa pula dia tetap mencari sang rembulan. Sampai berapa lamakah sang hati mendapatkan sang rembulan? Yang tahu hanya Sang Maha Mengetahui ialah ALLAH SWT.


Tangerang, 5 September 2007

Tidak ada komentar: