Selasa, 20 Mei 2008

Perjalan pulang


Bis yang saya tumpangi dalam perjalanan pulang Lebak budi-Tangerang telah sampai di pelabuhan Bakaheni Lampung. Perlahan bis memasuki kapal laut yang akan membawa saya dan penumpang yang lain menyebrangi selat sunda menuju pelabuhan Merak. Setelah bis masuk lalu saya keluar bis untuk menuju dek penumpang, ku lihat waktu sudah jam 5 pagi. Ku bergegas menuju tempat wudhu untuk berwudhu dan berjalan ke musholah yang berjarak 10 meter dari tempat wudhu. Di musholah yang sangat kecil berukuran 2 x 2 meter saya sholat berjama’ah. Para penumpang bergantian sholatnya dikarenakan ruangan yang kecil.

Selesai sholat saya berjalan mengelilingi kapal. Ku melihat aktifitas pedangan yang menawarkan minuman panas dan berbagai makanan, pembeli yang sedang menikmati minuman panas yang mebuat badan mereka hangat. Begitu nikmat saat minuman itu mereka teguk. Subhanalloh keniknatan yang Alloh berikan, Alloh meciptakan teh dan kopi yang dapat kita buat menjadi minuman. Ku lanjutkan langkah ini ke sudut lain, ku melihat seorang yang sedang tertidur lelap terlihat goresan kekelahan di wajahnya. Subhanalloh Alloh memberikan rasa kantuk dan nikmat tidur, tak terbayangkan bagaimana bila kita makhluk-Nya dan makhluk-Nya yang lain tidak diberikan nikmat tidur dalam hidup ini. Kaki ini terus melangkah dan berhenti di ujung kapal, lalu ku duduk menikmati segarnya udara pagi.

Tuuuutttt…..tuuuuttttt….tuuuuuttt…suara trompet kapal berbunyi menandakan kapak akan segera meninggalkan pelabuhan. Perlahan dan pasti kapal berjalan mengarungi lautan luas, pelabuhan Baka Heni semakin lama semakin hilang. Ku memandang seluruh alam ini sejauh mata menandang dan terdiam lalu hatiku bersyair.

Ketenangan laut kala fajar kemerahan

Memberikan alam kedamaian

Menawarkan hatiku ketentraman

Menghanyutkan diriku dalam lamunan

Walau banyak kapal yang menghempas lautan

Laut tetap dalam ketenangan

Seolah tak terpengaruh oleh hempasan

Laut tetap dalam zikir ketenangan

Fajar kemerahan terlihat du ujung langit

Memberikan warna lain pada langit

Menawarkan hatiku kehangatan

Membawa diriku pada hakikat kehidupan

Langit berhiaskan putihnya awan

Merah, biru dan putih menampakan kecerahan

Menawarkan hatiku kesucian

Membuat diriku tahu pada hakikat hidup

Ku tersadar dari diamku lalu munculah beberapa pertanyaan pada diri ini.
Dapatkah diri ini selalu tenang dalam menghadapi ujian hidup ini seperti tenangnya laut?
Dapatkah diri ini memberi warna kehangatan dalam hidupku sendiri dan hidup orang lain seperti kehangatan yang fajar berikan pada langit?
Dapatkah diri ini menjaga kesucian hati yang Alloh berikan pada diri ini?

Aku tak tahu apakah bisa melakukannya tapi aku berjanji akan selalu berusaha untuk mewujudkan itu semua. Aku teringat Firman Alloh.

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya). di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman : 5-13)

Jakarta, 20 Mei 2008

Tidak ada komentar: